Carut Marutnya Pengadaan Impor Bekas, KRL untuk anak kereta (Anker)

    Pengguna Commuter Line atau Kereta Api Listrik (KRL) sering merasa frustrasi setiap harinya, baik karena kepadatan penumpang yang menyebabkan padatnya dalam gerbong maupun masalah dalam sistem. Ketidakpastian rencana impor KRL bekas dari Jepang semakin menambah ketidakjelasan. Meskipun gambaran penumpukan penumpang sering kali diunggah di media sosial, terutama pada jam-jam sibuk, penyelesaian permasalahan ini tampaknya belum menemui titik terang hingga saat ini yang menbuat Anak Kereta (Anker) merana.


FAKTANYA: Pengguna KRL Meningkat drastis, setelah Pandemi

Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan pada volume penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek, mengakibatkan penurunan drastis dari 921 ribu penumpang per hari pada tahun 2018 dan 2019 menjadi 420 ribu penumpang pada tahun 2020, dan 350 ribu penumpang pada tahun 2021. Meskipun setelah pandemi volume penumpang meningkat kembali ke sekitar 800 ribu orang per hari pada tahun 2022, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, menargetkan 2 juta penumpang per hari di Jabodetabek.


Namun, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dihadapkan pada tantangan untuk mencapai target tersebut. Meski jumlah armada saat ini sulit memenuhi kebutuhan, terutama mengingat kendala seperti penumpukan penumpang, headway yang lama, dan gangguan teknis. KRL Jabodetabek saat ini melayani 800 ribu penumpang per hari, menyebabkan kesulitan dalam memberikan pelayanan optimal.


“Seharusnya 10 Rangkaian KRL harus dipensiunkan tahun ini…”

Pernyataan tersebut disampaikan VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba, Anne menekankan bahwa meskipun PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) masih dapat memaksimalkan jumlah kereta yang ada jika 10 rangkaian yang pensiun tidak dapat digantikan, ia tetap khawatir pengurangan layanan akan tetap terjadi. 


Jika penggantian tidak dapat dilakukan, pihaknya akan melakukan peningkatan frekuensi kereta dan rekayasa operasional untuk memastikan pelayanan tetap optimal, terutama pada jam sibuk. Anne menyatakan bahwa kenyamanan pelayanan menjadi perhatian utama dalam menghadapi situasi ini.


Baca Lainnya:


Ditolak terus-terusan dari Kemenperin dan MenkoMarves

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan (MenkoMarves) Septian Hario Seto menegaskan, pihaknya berpegang pada keputusan Menteri Perhubungan Nomor 175 Tahun 2015 telah mensyaratkan pengadaan umum kereta api kecepatan normal dan penggerak sendiri, termasuk KRL, harus memenuhi spesifikasi adalah mengutamakan produk dalam negeri.

"Kementerian Perdagangan juga sudah memberikan tanggapan terkait permohonan dispensasi impor KRL dalam keadaan tidak baru (bekas) yang menyatakan bahwa permohonan dispensasi ini tidak dapat dipertimbangkan karena fokus pemerintah adalah pada peningkatan produksi dalam negeri dan substitusi impor," kata Hario Seto.

Menurutnya, industri dalam negeri saat ini masih siap dalam hal pengadaan armada kereta. Dibandingkan impor, pihaknya meminta PT KCI untuk melakukan evaluasi penumpukan penumpang pada jam sibuk.

Hario Seto menyebutkan KRL bekas yang akan diimpor dari Jepang tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai barang modal bukan baru yang dapat diimpor ketika belum bisa diproduksi di dalam negeri. Selain itu, perkiraan biaya pengangkutan KRL bekas dari Jepang ke Indonesia dinilai tidak wajar.

KCI berkeinginan menambah 3 rangkaian krl impor

Mengimpor 3 rangkaian kereta sebagai opsi yang diambil PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang yang diprediksi terjadi dalam 1-2 tahun ke depan. Anne Purba, Vice President Corporate Secretary KAI Commuter, menyatakan bahwa impor kereta baru ini juga akan berfungsi sebagai backup untuk mengatasi lonjakan volume penumpang yang diperkirakan terjadi pada tahun 2024-2025.

Anne tidak memberikan rincian terkait asal kereta impor tersebut, termasuk potensi negara asalnya. Proses pengadaan masih berlangsung, termasuk penentuan spesifikasi teknisnya. Anne menegaskan bahwa informasi lebih lanjut akan disampaikan setelah proses pengadaan selesai, termasuk merek dan negara asalnya.

Target PT KCI adalah dapat mengoperasikan kereta impor tersebut pada tahun 2024-2025. Anne menyatakan bahwa saat ini sedang dalam tahap proses lelang, dan setelah selesai, detail teknologinya akan diumumkan. 

Meskipun terdapat solusi alternatif, pengadaan KRL bekas tetap dianggap sebagai solusi terbaik sementara menunggu rampungnya pabrik produksi PT INKA di Banyuwangi pada 2025. Tetapi beberapa pemangku kebijakan meragukan kualitas KRL bekas dari Jepang, keandalan unit tersebut telah teruji selama puluhan tahun di Indonesia. Fakta ini tercermin dalam penggunaan sehari-hari oleh PT KCI yang telah didukung oleh impor KRL bekas dari Jepang selama bertahun-tahun, Untuk Anak Kereta (Anker), diharapkan bersabar saja.(KBP/Ilmuzone)