Kisah Muhammad Badrus: Seniman Jalanan yang Sukses dengan Strategi 'Dijual Seikhlasnya'

       Dalam #KenaliSekitar kali ini, kita mengenal seorang seniman jalanan Jakarta, Muhammad Badrus, yang mengadopsi strategi unik untuk menjual lukisannya. Dengan sepeda motornya yang tua, Badrus berkeliling mencari pembeli di berbagai lokasi di Jakarta, seperti dekat Mitra10 Kalimalang, sudut Mega Mall Bekasi, atau pinggir jalan seberang Polsek Duren Sawit. Di bawah cuaca Selasa yang panas, dia memajang karyanya dengan harga "seikhlasnya."


Sebagai seorang lulusan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Badrus sebenarnya memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi dia memilih menjadi seorang pelukis jalanan. Karya seninya beragam dalam aliran abstrak-ekspresionisme dan gaya kontemporer, mencakup berbagai objek, mulai dari penari, bunga-bunga, wajah, hingga kaligrafi, dan semuanya dijual dengan harga yang ditentukan oleh pembeli.


Strategi harga "seikhlasnya" ini Badrus pilih untuk mengatasi kurangnya minat pembeli. Awalnya, dia mencoba menetapkan harga untuk setiap lukisannya, tetapi tanpa hasil yang memuaskan. "Akhirnya aku pakai tulisan 'harga selera pembeli', tapi nggak kena juga," kata Badrus. Barulah ketika dia mengganti tulisan tersebut dengan "Dijual Seikhlasnya," pembeli mulai mendekat.


Baca Lainnya:


Badrus menerima bayaran yang beragam dari masyarakat, bahkan pernah mendapatkan hanya Rp 5 ribu untuk satu lukisan, yang merupakan rekor harga penjualan terendah yang pernah dia dapatkan. Namun, dia juga pernah menjual lukisan dengan harga jutaan rupiah, seperti lukisan tentang bahtera Nuh dengan ukuran sekitar 60x80 dan kaligrafi seharga Rp 3 juta.

Meski pemasukannya tidak stabil, Badrus tetap bersemangat dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk biaya sekolah anak-anaknya. Meskipun dia menerima bayaran seikhlasnya, dia tidak merasa rugi, karena setiap seni memiliki arti yang berbeda dan dia yakin bahwa bayaran rendah akan tertutup oleh pembeli lain.

Badrus hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan lukisan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Istrinya juga membantu dengan menjaga toko di mal. Meski dia tidak mematok harga, Badrus mampu membayar kontrakan bulanan sebesar Rp 770.000 dan mengelola kebutuhan lainnya sesuai dengan pemasukan.

Pria berusia 55 tahun ini memiliki prinsip hidup yang kuat, yaitu semangat dan keyakinan bahwa rezeki sudah ditentukan. "Cuma usaha dan semangat aja. Buktinya selama 3 tahun saya bisa bertahan dengan bayaran se-ikhlasnya, sampai sekarang yo masih bisa hidup," kata Badrus.

Selain mencukupi kebutuhan keluarganya, Badrus juga harus membeli peralatan melukis, dan pengeluarannya bervariasi tergantung pada bahan dan alat yang digunakan. Meski terkadang dia harus menyesuaikan kebutuhan dengan pemasukannya, Badrus terus berjuang untuk menjalani hidup sebagai seorang seniman jalanan yang bersemangat.(KBP/Ilmuzone)